PELUANG DAN TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN DI ERA DIGITAL

0 Comments

Pada tanggal 27 Mei 2024, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan kegiatan PRAKTISI MENGAJAR dengan tema “Peluang dan tantangan kewirausahaan di era digital” dan dihadiri oleh 43 mahasiswa kelas A yang berlangsung di Virtual Zoom Meetings.

 Pada kegiatan ini dihadirkan Bu Nela Guspita S.Pd.I, M.Si yang merupakan lulusan Insitut Teknologi Bandung dan pemilik dari usaha “ Rantau Textile “ selaku narasumber pada kegiatan pembelajaran ini.

Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.20 WIB, yang dimulai pembukaan oleh Yiska Paderina Sibarani, selaku moderator. Selanjutnya, dilakukan pemaparan CV oleh moderator dan materi “Peluang dan tantangan kewirausahaan di era digital” oleh narasumber.

Sebelum menjelaskan ke materi inti, narasumber menyampaikan kalimat pembuka secara terstruktur terkait tema yang diangkat, terkait kesempatam yang dilakukan oleh wirausahawan pada saat yang tepat untuk mencapai tujuan.

Narasumber juga menjelaskan bahwa semua berawal dari inspirasi→(eksternal/internal)→Peluang usaha→Memanfaatkan peluang. Inspirasi eksternal merupakan inspirasi yang muncul dari luar/kejadian-kejadian nyata yang kita alami. Seperti Nadiem Makarim pada ide ‘Gojek’ nya. Dimana itu bermula dari keresahan seorang pengguna ojek sehari hari. Inspirasi internal merupakan inspirasi yang dilakukan karna hobi, bakat, ilmu pengetahuan, bahkan tuntutan hidup.

Menurut Ibu Nela, cara menemukan peluang usaha dimulai dari 2 hal.

  1. Observasi usaha yang berpotensi
  2. Amati kebutuhan pasar

Karna sebelum memulai usaha, sebaiknya kita harus mencari tahu jenis usaha apa yang berpotensi untuk dikembangkan. Bukan berniaga untuk hari ini saja tapi untuk kedepannya. Itulah mengapa harus mengobservasi usaha terlebih dahulu. Lalu yang kedua, amati kebutuhan pasar dilakukan setelah menemukan usaha apa yang berpotensi. Siapa target kita dimulai dari  usia, profesi, kalangan, jenis kelamin dan sebagainya. Sehingga usaha kita bisa menemukan pasar penjualan utama.

Ibu Nela menceritakan sedikit perjalanan usaha yang didasarkan pada tuntutan hidup. Meskipun pada tahun 2016 beliau merupakan penerima beasiswa LPDP, tidak menutup kemungkinan untuk membuka usaha menambah penghasilan untuk kehidupan sehari hari. Maka pada bulan Februari 2017, dimulailah usaha textile (bahan baku pakaian) bersama suaminya.

Dengan modal kepercayaan, perantau dari Sumatera Barat ini memulai usaha dengan 200 ribu sebagai langkah awal untuk memulai suatu usaha. Dimulai dari tahun 2017 dengan modal 200 ribu, kini di tahun 2024 sudah mencapai omset 2.5M per bulan dan 3 cabang usaha. Tentu bukan perjalanan yang mudah, karena harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada. Sehingga usaha “Rantau Textile” mulai menebar jejak nya pada media sosial ean e-commerce seperti Tiktok, Instagram, Shoppe, dan Tokopedia.

Meskipun sudah mencapai belasan ribu followers di media sosial, narasumber memberikan saran untuk memiliki back up atau cadangan media sosial. Dikarenakan sistem Cyber yang kurang aman dari banned, blocker, hacker. Sehingga untuk mengatisipasi hal tersebut dianjurkan untuk minimal memiliki 2 akun media sosial dengan nomor kontak yang sama.

Ibu Nela juga menjelaskan macam-macam tantangan yang harus dihadapi untuk memulai usaha khususnya dalam berwirausaha secara digital.

  1. Teknologi Berkembang dengan pesat
    Sehingga, kita dituntut untuk harus ikut mengikuti perkembangan zaman dan update dari aplikasi/media yang kita gunakan.
  2. Tren pasar jadi cepat berubah
    Inilah mengapa kita diharuskan untuk obeservasi terlebih dahulu terkait usaha yang berpotensi, dikarenakan tren pasar yang cepat dan mudah berubah-ubah.
  3. Algoritma media sosial
    Dengan mempelajari algoritma media sosial, kita jadi tahu kapan waktu yang tepat untuk upload konten atau promosi penjualan.
  4. Kompetitor yang sama

Zaman sekarang ketika kita mencari suatu barang di platform jual beli online, tentu akan banyak barang serupa namun beda harga. Inilah hal yang perlu kita perhatikan yaitu kompetitor usaha.

Praktisi mengajar ini tidak hanya memaparkan materi terkait kewirausahaan, namun juga memberikan simulasi dan tanya jawab kepada kelas A program studi Pendidikan Administrasi Perkantoran terkait project dari mata kuliah Kewirausahan Digital.

Antusiasme dari mahasiswa bermula ketika kesulitan dan hal serupa juga dialami oleh mereka dalam masa penjualan selama 3 minggu ini. Pertanyaan mulai dilontarkan oleh mahasiswa seperti “ bagaimana caranya agar media sosial kita terlihat hidup oleh calon pembeli? “ tentu jawaban dari narasumber memberikan solusi atas pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa.

Beberapa simulasi juga diberikan oleh narasumber seperti, memilih bisnis mana yang memiliki omset dan profit yang baik, lalu penilaian penjualan berdasarkan pertumbuhan penjualan dalam 3 tahun terakhir, dan sebagainya. Karna beliau menuturkan bahwa usaha yang bagus bukan yang memiliki omset paling besar. Tapi omset dan profit yang tidak terpotong jauh. Lalu beliau juga menuturkan bahwa usaha yang bagus itu ialah usaha yang memiliki pertumbuhan penjualan. Baik itu setiap hari, minggu, bulan, maupun tahun nya.

Dan diakhir sesi praktisi mengajar, ibu Nela memberikan beberapa poin yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan

  1. Pintar meilhat peluang
  2. Melakukan sesuatu harus 100%
  3. Tahan banting
  4. Pekerja keras  
  5. Tidak mudah puas
  6. Tertarik akan hal baru

 

Lalu sesi praktisi mengajar ditutup dengan closing statement oleh narasumber. “Orang bodoh adalah orang yang melakukan hal yang sama tapi berharap hasil yang berbeda“.

Related Posts