PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DALAM ERA DIGITAL

0 Comments

Pada tanggal 27 Mei 2024, Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan kegiatan praktisi dengan tema “pengembangan ekonomi kreatif di dalam era digital” yang berlangsung di Virtual Zoom Meetings. Pada kegiatan ini dihadirkan Bapak Muhamad Rifki Fadilah, S.Pd., M.Pd yaitu guru SMA Labschool Cibubur, selaku narasumber pada kegiatan pembelajaran ini.

Kegiatan ini dimulai pada pukul 19.00 WIB, yang dimulai oleh pembukaan oleh Rahmatul Khalik, S.Pd selaku moderator pada malam hari ini dilanjut dengan pembacaan CV Narasumber. Selanjutnya, dilakukan pemaparan materi “pengembangan ekonomi kreatif di dalam era digital” oleh narasumber.

     Materi diskusi dimulai pak Rifki dengan penjelasan terkait investasi, dilihat dari data kependudukan investasi asing banyak menyerap di tenaga kasar Indonesia. Invesatasi asing masih diperlukan karena BOP masih defisit. Masalah di Indonesia adalah di konsumsi yang akan mempengaruhi GDP, dibandingkan dengan menabung. Namun tabungan adalah syarat dari investasi. Dika banyak konsumsi daripada investasi maka tidak akan bisa bekerja dengan baik. FDI yang baik adalah yang berorientasi dengan ekspor

Berbicara mengenai investasi asing, penting untuk menganalisis apakah lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing dalam sektor keuangan. Investasi asing dalam sektor keuangan sering disebut sebagai “hot money”, istilah ini digunakan ketika suku bunga di Amerika Serikat (AS) dinaikkan. Kebijakan ini bertujuan untuk meredam pertumbuhan ekonomi karena tingkat pengangguran yang rendah, yang berada di bawah tingkat normal sebesar 4-5%. Kondisi ini menyebabkan tekanan inflasi. Teori Keynesian menyatakan bahwa inflasi terjadi ketika permintaan tumbuh lebih cepat daripada penawaran, sementara semua faktor lainnya tetap konstan, termasuk pendapatan. Inflasi tersebut terjadi ketika permintaan melebihi penawaran pada tingkat produksi yang maksimal, yang dikenal sebagai inflasi permintaan penuh.

Dalam situasi ini, pasokan uang di AS meningkat dengan cepat karena ekonomi AS pulih lebih cepat setelah pandemi. Permintaan dan penawaran yang tidak seimbang menyebabkan kelangkaan barang, dengan permintaan tumbuh lebih cepat daripada penawaran yang membutuhkan waktu untuk meningkatkan produksi. Akibatnya, AS mengalami tingkat permintaan dan inflasi yang tinggi, yang terlihat dalam kurva Phillips.

Untuk menangani hal ini, pemerintah AS mengambil langkah-langkah untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi, seperti menaikkan suku bunga. Tindakan ini berdampak pada preferensi masyarakat untuk menabung daripada mengkonsumsi dan menghasilkan barang. Sebagai hasilnya, sektor keuangan cenderung mendapatkan keuntungan dalam kondisi ini.

Namun demikian, FDI tetap menjadi bagian penting dari investasi asing, yang seringkali berupa pendirian pabrik atau fasilitas produksi.

Disambungkan dengan ekonomi kreatif, Ekonomi kreatif memang menunjukkan pergeseran paradigma dari model ekonomi tradisional yang berbasis pada modal dan investasi besar. Sebaliknya, ekonomi kreatif lebih mengandalkan ide, inovasi, kreativitas, dan kemampuan untuk melihat peluang sebagai modal utama. Dalam teori Keynesian, investasi yang besar seringkali menjadi fokus utama, namun pendekatan lain, seperti yang diutarakan oleh beberapa pemikir, menekankan pentingnya memulai dengan skala kecil dan membangun enterpreneurship.

Dalam era digital yang semakin berkembang, ekonomi kreatif telah menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi global. Dengan inovasi tak terbatas dalam bidang seni, desain, teknologi, dan hiburan, sektor ekonomi kreatif terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

Menurut laporan terbaru yang dirilis oleh Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO), nilai ekonomi kreatif global telah mencapai puncak tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini dipicu oleh peningkatan permintaan akan konten digital, pengalaman unik, dan produk-produk yang dibuat dengan keahlian kreatif.

Berbagai negara, termasuk Indonesia, telah mengalokasikan sumber daya untuk memperkuat infrastruktur ekonomi kreatif mereka. Melalui kebijakan pendukung dan insentif bagi para pelaku industri kreatif, pemerintah telah berperan penting dalam mempercepat pertumbuhan sektor ini.

Generasi Z, yang merupakan kelompok demografis yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah menjadi kekuatan utama di balik pertumbuhan ekonomi kreatif. Dikenal sebagai generasi yang penuh dengan kreativitas, ketangguhan digital, dan semangat kewirausahaan, Gen Z telah membawa energi baru ke dalam industri kreatif.

Dalam ekonomi kreatif, Gen Z tidak hanya menjadi konsumen aktif, tetapi juga penghasil konten yang berpengaruh. Mereka menguasai teknologi dengan cepat dan menggunakan platform media sosial serta situs web untuk mengekspresikan ide-ide mereka dalam berbagai bentuk, mulai dari video pendek, podcast, hingga karya seni digital. Hal ini telah membuka pintu bagi mereka untuk menjadi influencer, content creator, dan entrepreneur digital yang sukses.

Tidak hanya itu, Gen Z juga dikenal sebagai penentu tren yang kuat dalam industri kreatif. Mereka memiliki preferensi yang unik dan cenderung memilih produk atau konten yang mempromosikan keberagaman, inklusivitas, dan kesadaran sosial. Oleh karena itu, perusahaan dan pelaku industri kreatif harus beradaptasi dengan cepat untuk memenuhi tuntutan dan nilai-nilai generasi ini.

Sementara itu, para pengusaha muda dari Gen Z juga telah memanfaatkan teknologi dan aksesibilitas yang disediakan oleh internet untuk memulai bisnis mereka sendiri dalam berbagai bidang ekonomi kreatif. Mulai dari merancang pakaian, menciptakan musik, membuat konten video, hingga mengembangkan aplikasi dan permainan, mereka telah menjadi agen perubahan dalam mendorong inovasi dan pertumbuhan industri kreatif.

Perekonomian Indonesia sudah tumbuh dengan baik. Dan sudah banyak yang masuk ke kelas menengah. Sehingga industri kreatif muncul. Oulook ekonomi kreatif indonesua sangat besar dan di proyeksikan tahun depan akan meningkat sebsar USD 124 billion di transisi digital.Industri kreatif 3 besar di dunia adalah US, Korea Selatan, dan Indonesia. Di Indonesia, ekonomi kreatif terutama di sektor musik, film, fashion, dan seni rupa telah menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Dengan memanfaatkan kekayaan budaya dan kreativitas lokal, pelaku industri kreatif Indonesia berhasil menembus pasar global, memberikan kontribusi positif terhadap neraca perdagangan negara.

Kegiatan ditutup dengan diskusi tanya jawab, pemberian sertifikat, foto Bersama, dan doa Bersama

 

 

Related Posts

CAREER TALKS

Sabtu, 6 Mei 2023, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan…