PENGARUH KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI MAKRO DI INDONESIA

0 Comments

Pada tanggal 20 Mei 2024, Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan kegiatan PRAKTISI MENGAJAR dengan tema “Pengaruh Kelembagaan dalam Ekonomi Makro di Indonesia” yang berlangsung di Virtual Zoom Meetings. Pada kegiatan ini dihadirkan Gustofan Mahmud, S.Pd., M.Sc merupakan Senior Researcher di Pratama Institute for Fiscal Policy and Governance Studies selaku narasumber pada kegiatan pembelajaran ini.

Kegiatan ini dimulai pada pukul 19.00 WIB, yang dimulai oleh pembukaan oleh Nissa Nur Awaliyah, selaku moderator. Selanjutnya, dilakukan pemaparan materi “Pengaruh Kelembagaan dalam Ekonomi Makro di Indonesia” oleh narasumber.

Sebelum menjelaskan ke materi inti, narasumber menjelaskan secara terstruktur terkait tema yang diangkat, terkait indikator kelembagaan melalui Indikator Tata Kelola Pemerintahan Sedunia bersumber dari Worldwide Governance Indicators/WGI yang dirancang untuk membantu para peneliti dan analis dalam menilai pola-pola yang luas dalam persepsi tata kelola pemerintahan di berbagai negara dan dari waktu ke waktu..

Bagaimana perilaku ekonomi dipengaruhi oleh institusi dan kebiasaan. Salah satu tokoh utama dalam aliran ini adalah Thorstein Bunde Veblen, yang dikenal karena teorinya tentang konsumsi dan status. Veblen mengembangkan teori yang mengajukan bahwa konsumsi bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga tentang menunjukkan status dan prestise sosial. Secara khusus hal tersebut menjadi bagian pembahasan mikro ekonomi, namun secara umum makro ekonomi adalah bentuk agregasi dari mikro ekonomi.

Pak Gustofan menjelaskan bahwa, ekonomi makro dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu Variabel Endogen meliputi big three concepts of macroeconomics yaitu unemployment rate, inflation rate and productivity (economic growth) dan variabel eksogen meliputi kebijakan makro seperti pajak dan penawaran uang, guncangan ekonomi, yang secara tiba-tiba (misalnya, perang, perubahan iklim, guncangan minyak, terorisme) serta kualitas institusi.

Pada salah satu contoh narasumber menjelaskan tentang variabel eksogen dalam analisis makro yaitu guncangan ekonomi akibat pandemi Covid-19:

Pencegahan penyebaran → Lockdown → Konsumsi turun → Kenaikan harga melambat dan Inflasi melonjak → Resesi (pertumbuhan produktivitas negatif):

Menurut Pak Gustofan, salah satu solusi adalah melalui  “multyplyer effect” atau MPC. marginal propensity to consume yang menggambarkan seberapa besar kecondongan perubahan konsumsi akibat dari adanya perubahan pendapatan.

Pak Gustofan menuturkan terkait multyplayer effect pada situasi pengeluaran pemerintah dalam produksi APD dan karyawan APD mendapat pendapatan yang kemudian dibelanjakan pada salah satu toserba yang uang tersebut akan terus mengalir dan berputar untuk induced consumption dan menghasilkan efek ekonomi yang besar.

Dalam kaitan kelembagaan, kualitas kelembagaan ini dapat berdampak positif terhadap kinerja ekonomi. Secara khusus melalui data World Bank, posisi Indonesia masih kompetitif di kawasan Asia Tenggara, namun jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, Indonesia masih terbilang rendah.

Terakhir, beliau membahas tentang crypto bumble dan dampaknya terhadap perekonomian secara global. penting untuk diingat bahwa kegiatan investasi juga melibatkan potensi risiko. Bagaimana pun, harga aset dapat berfluktuasi dan tidak ada jaminan bahwa suatu investasi akan memberikan return secara konsisten. Kekhawatiran ini sangat relevan dalam kasus mata uang kripto (cryptocurrency) yang notabene-nya tidak didukung oleh ‘underlying asset’ yang jelas.