Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Pendidikan Ekonomi, Dekan FE UNJ Tawarkan Model Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Berbasis Karakter

Rabu, 19 Juni 2019, bertempat di Aula Latief Hendraningrat, Gd. Raden Dewi Sartika, Universitas Negeri Jakarta, Dekan Fakultas Ekonomi, Prof Dr Dedi Purwana ES, M.Bus, dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Di hadapan Senat, Civitas Akademica Universitas Negeri Jakarta, dan undangan, Prof Dr Dedi Purwana ES, M.Bus menawarkan model Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Berbasis Karakter.

Menurut  Prof Dr Dedi Purwana ES, M.Bus, berdasarkan kajian penelitian beliau dibantu tim peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2016, didapatkan model pendidikan kewirausahaan berbasis karakter yang sesuai dengan kondisi UNJ. Permasalahan yang ditemukan di lapangan menggambarkan bahwa pendidikan kewirausahaan yang diselenggarakan di kampus kita masih dirancang dalam bentuk mata kuliah Kewirausahaan. Mata kuliah Kewirausahaan pun untuk saat ini bukan lagi merupakan mata kuliah wajib pada masing-masing program studi. Selain itu, kurikulum pembelajaran kewirausahaan belum memiliki standar baku. Entrepreneurial university sebagai wujud ekosistem kewirausahaan bagi efektifitas pendidikan kewirausahaan belum tertata dengan baik. 

Pendidikan kewirausahaan berbasis karakter (lihat gambar 1) bertujuan menyiapkan warga belajar menjadi wirausaha bergerak bidang bisnis, wirausaha sosial (sociopreneur), dan sumberdaya manusia organisasi yang memiliki spirit kewirausahaan (intrapreneur). Model ini dikembangkan sebagai sebuah turunan dari misi perguruan tinggi yang selanjutnya diinternalisasi ke dalam iklim akademik baik melalui kurikulum maupun di luar kurikulum. Pendidikan kewirausahaan yang dikemas melalui kurikulum berupa mata kuliah Kewirausahaan dengan bobot 3 SKS diwajibkan bagi seluruh mahasiswa. Poin penting yang perlu digarisbawahi pada mata kuliah ini adalah pemahaman tentang kewirausahaan, merintis usaha, mejadi wirausaha sosial dan menjadi intrapreneur dalam organisasi. Dengan learning outcome tersebut maka ranah pembelajaran yang ingin dicapai adalah ranah sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), keterampilan bisnis (business skill) dan ketrampilan sosial (social skills).

Gambar 1. Pendidikan Kewirausahaan Berbasis Karakter

Berdasarkan model ini, proses pembelajaran ditekankan pada ranah sikap (attitude) di antaranya untuk mengembangkan sikap kreatif, inovatif, dorongan untuk mengungguli orang lain, percaya diri, keberanian menghadapi risiko, komitmen, kepemimpinan dan kemampuan memecahkan masalah. Sikap ini dikembangkan melalui metode pembelajaran diskusi, symposium, brainstorming dan experimental/ Project. Selain dilakukan melalui pembelajaran di kelas, mahasiswa juga dibekali pengalaman melalui praktik yang bersifat wajib sebagai salah satu bentuk penilaian dalam proses pembelajaran pada mata kuliah Kewirausahaan. Praktik dalam mata kuliah Kewirausahaan diselenggarakan di laboratorium yang disediakan oleh fakultas masing-masing. Melalui praktik diharapkan mahasiswa dapat menerapkan keterampilan dalam mengelola bisnis, mampu menjadi agen perubahan sosial kemasyarakatan, dan menjadi warga organisasi berkarakter wirausaha.

Pada model pendidikan kewirausahaan berbasis karakter, tenaga pengajar sebagai pengampu mata kuliah juga harus memiliki karakter sebagai wirausaha. Oleh karena itu, pengampu mata kuliah ini harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki pengalaman mengajar kewirausahaan lebih dari 5 tahun, pernah mengikuti pelatihan kewirausahaan dan memiliki latar belakang sebagai praktisi wirausaha. Pengajar juga dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan dunia bisnis termutahir baik melalui seminar, workshop, konferensi dan hasil-hasil penelitian.

Sebagai sumber informasi, pembelajaran pada mata kuliah Kewirausahaan harus dilengkapi dengan sumber belajar berupa seminar, lokakarya dan pelatihan kewirausahaan serta membekali pengalaman melalui magang (internship). Magang dapat dilaksanakan di UMKM dan organisasi sosial. Magang diselenggarakan pada akhir pembelajaran dan diperlukan untuk meningkatkan keterampilan dalam mengelola bisnis dan atau usaha sosial. Mahasiswa diwajibkan mengikuti salah satu diantara pilihan sumber belajar tersebut, sebagai prasyarat untuk menentukan kelulusan pada mata kuliah ini.

Kurikulum pendidikan kewirausahaan berbasis karakter tidak akan efektif tanpa diimbangi pembelajaran di luar kurikulum. Pendidikan kewirausahaan dalam konteks di luar kurikulum dilakukan dengan membangun atmosfer akademik dalam menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di lingkungan universitas maupun fakultas. Hal ini merupakan bagian dari pembentukan karakter wirausaha, khususnya yang ditujukan bagi mahasiswa. Tahapan pembentukan karakter wirausaha bagi mahasiswa dapat dirangkum dalam berbagai kegiatan yang bersifat adaptif dan kompetitif. Merespon tantangan revolusi industri 4.0, pendidikan kewirausahaan harus diarahkan untuk mampu meningkatan literasi data dan digital. Kedua literasi ini diperlukan agar mahasiswa mampu mengikuti perubahan dunia bisnis berbasis teknologi digital. Pada saat yang sama, universitas maupun fakultas menyelenggarakan kegiatan kompetisi di berbagai bidang. Kampus harus memfasilitasi penyelenggaraan ”Business/ Community Development Plan Competition” secara periodik. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah Kewirausahaan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan beberapa keterampilan bisnis dan membentuk jiwa wirausaha sosial. Selama penyusunan rencana bisnis atau proyek sosial, mahasiswa mendapatkan bimbingan terkait dengan rencana bisnis/ proyek yang akan dijalankannya. Bimbingan dapat dilaksanakan dalam inkubator bisnis atau laboratorium kewirausahaan. Selanjutnya dosen akan melakukan seleksi terhadap rencana bisnis/ proyek yang disusun mahasiswa untuk diikutsertakan dalam kompetisi yang melibatkan lingkungan eksternal seperti instansi pemerintah, perusahaan swasta maupun lembaga keuangan.

Hal penting lain yang harus diperhatikan adalah upaya pemberdayaan organisasi kemahasiswaan. Untuk menciptakan iklim berwirausaha yang kondusif, fakultas dan universitas merevitalisasi fungsi unit kegiatan mahasiswa dan menjalin kerjasama dengan pihak eksternal sebagai upaya menanamkan jiwa berwirausaha. Pelibatan organisasi kemahasiswaan dalam mengembangkan semangat kewirausahaan dapat pula dilaksanakan melalui pembentukan entrepreneur club.

Selain membangun atmosfir akademik berorientasi kewirausahaan, komitmen pimpinan universitas maupun fakultas terhadap upaya menciptakan entrepreneurial university harus ditingkatkan. Hal ini dapat diwujudkan melalui kebijakan-kebijakan dan program yang pro iklim kewirausahaan di universitas.  Dengan memperhatikan beberapa aspek yang diadaptasi dari Clark (2004), kampus harus membangun; 1) Kepemimpinan yang kuat (steering core) pada semua aras organisasi, 2) Pengembangan jejaring kerjasama (expanded developmental pheripery) dengan beragam pengampu kepentingan, 3) Melakukan diversifikasi sumber pendanaan universitas (diversified funding base), 4) Penguatan bisnis inti berbasis akademik (stimulated academic heartland), dan 5) Internalisasi budaya kewirausahaan (integrated entrepreneurial culture). Jika kelima komponen entrepreneurial university dilaksanakan secara konsisten, maka eko-sistem kewirausahaan dapat direalisasikan secara nyata. Dengan demikian, pendidikan kewirausahaan yang diselenggarakan baik melalui kurikulum maupun kegiatan di luar kurikulum diharapkan tidak hanya meningkatkan intensi mahasiswa dalam berwirausaha, tetapi juga membangun karakter, serta membentuk perilaku berwirausaha lulusan.

Model ini telah diujicobakan meski dalam skala terbatas di Fakultas Ekonomi. Beberapa perbaikan model masih terus diupayakan terutama merespon tuntutan revolusi industri 4.0. Penugasan praktek kewirausahaan, misalnya mengalami pergeseran dari semula bersifat konvensional menjadi berbasis teknologi digital. Fakultas memfasilitas pembentukan entrepreneur club sebagai wahana belajar dan forum diskusi bagi dosen dan mahasiswa yang tertarik menjadi wirausaha digital. Dampak perubahan tersebut, hingga saat ini setidaknya tercatat 15 kelompok mahasiswa telah mendirikan beragam startup digital dengan berbagai tahapan pengembangan. Startup digital yang didirikan tidak saja berorientasi bisnis, namun juga sosial kemasyarakatan. Jumlah rintisan bisnis tersebut diharapkan meningkat menjadi 100 startup hingga akhir tahun 2019.

Memungkasi pidato pengukuhannya, Prof Dr Dedi Purwana ES, M.Bus mengajak segenap dosen di lingkungan UNJ untuk bergegas meraih jabatan fungsional Guru Besar (Prof). “Pada kesempatan ini, ditengah krisis kelangkaan guru besar di kampus kita dan harapan merealisasikan universitas bereputasi Asia, saya mengajak sekaligus menyemangati dosen-dosen muda Universitas Negeri Jakarta untuk memacu adrenalin diiringi doa dalam ikhtiar meraih profesorship. Konsisten melakukan penelitian sesuai road map penelitian saudara, publikasi hasilnya di jurnal bereputasi, Insya Allah saudara pasti bisa meraih jabatan akademik tertinggi ini”, pungkas Prof Dr Dedi Purwana ES, M.Bus.

Hadir dalam pengukuhan tersebut Menteri Riset, Teknologi dan PendidikanTinggi, Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Direktur Karir dan Kompetensi Sumber Daya Manusia, Rektor Universitas Negeri Jakarta dan Wakil Rektor I, II, III dan IV, Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Universitas Negeri Jakarta, Ketua, Sekretaris, dan Anggota Komisi Akademik Senat Universitas Negeri Jakarta, Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Negeri Jakarta, Para Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Para Pimpinan di tingkat Universitas, Fakultas, Program Pascasarjana dan Lembaga,Kordinator Program Studi, Dosen, Tenaga Kependidikan dan Mahasiswa di Lingkungan Universitas Negeri Jakarta, serta kolega dari Prof Dr Dedi Purwana ES, M.Bus.